H. Akmil Japa: Musibah, Cermin Keimanan dan Seruan untuk Bangkit Bersama - globaltimurnn.com
SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NUSANTARA NEWS.COM

News

Jumat, 05 Desember 2025

H. Akmil Japa: Musibah, Cermin Keimanan dan Seruan untuk Bangkit Bersama

Foto : H. Akmil Japa: Musibah, Cermin Keimanan dan Seruan untuk Bangkit Bersama

Buru
, Globaltimurnn.com - Khotbah Jumat yang disampaikan Wakapolres Buru, H. Akmil Japa, di Masjid Ar Riayah Polres Buru (5/12) menjadi pengingat penting bagi kita semua betapa musibah bukan semata-mata peristiwa menyedihkan, melainkan juga ruang refleksi yang dalam, Usai pelaksanaan salat Jumat, jamaah melanjutkan dengan salat gaib untuk para korban bencana di Sumatra sebuah simbol kepedulian dan ikatan batin umat terhadap saudara-saudara yang tengah diuji.


Hari ini, Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sedang menghadapi banjir besar, tanah longsor, dan angin kencang. Ribuan warga mengungsi, rumah-rumah hanyut, dan korban jiwa berjatuhan, Di tengah kabar duka ini, doa menjadi senjata pertama dan terakhir kita. 


Namun, lebih dari itu, diperlukan pemahaman yang benar tentang hakikat musibah agar kita dapat menghadapinya dengan hati yang kuat dan langkah yang tepat.


Khotbah tersebut menegaskan empat hikmah utama dari musibah, Pertama, musibah adalah ujian yang meneguhkan iman. Kesabaran, zikir, dan keyakinan kepada Allah diuji pada saat-saat seperti ini, Setiap rasa sakit dan kehilangan, menurut ajaran agama, menghapus dosa dan membersihkan jiwa, Kedua, musibah memanggil kita untuk bertaubat dan memperbaiki hubungan baik dengan Allah maupun dengan sesama makhluk. 


Ini termasuk memperbaiki alam, menghentikan pengrusakan hutan, dan menjaga bumi yang semakin rentan, Ketiga, musibah memupuk solidaritas, Di sinilah nilai kemanusiaan diuji: sejauh mana kita rela membantu saudara yang kesusahan.


Sabda Rasulullah SAW sangat relevan untuk situasi ini:“Allah akan menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)


Begitu pula teladan Umar ibn Khattab saat terjadi banjir di masa kepemimpinannya. Sang khalifah turun langsung memanggul karung gandum, menolak untuk melepaskan tanggung jawab kepada orang lain. “Apakah engkau ingin aku memikul dosa ini darimu pada hari kiamat?” katanya. Sikap ini adalah pelajaran penting: kepemimpinan sejati lahir dari keteladanan dan keterlibatan langsung.


Melalui pesan-pesan ini, kita diajak untuk melihat bahwa musibah bukanlah akhir dari segalanya. Ia adalah panggilan—untuk kembali kepada Allah, untuk membenahi diri dan lingkungan, dan untuk memperkuat rasa saling tolong-menolong.


Saat saudara-saudara kita di Sumatra sedang berjuang melewati ujian berat, kita memiliki kewajiban moral dan spiritual untuk hadir: mendoakan, membantu, menyumbang, dan menyebarkan empati. Musibah mungkin datang tanpa diduga, tetapi respons kita menentukan siapa sebenarnya kita.


Pada akhirnya, musibah bisa menjadi batu loncatan menuju masyarakat yang lebih peduli, lebih kuat, dan lebih bertakwa. Dari duka, lahir harapan. Dari ujian, tumbuh keteguhan.


Semoga Allah menguatkan hati para korban, menurunkan pertolongan-Nya, dan menjadikan kita bagian dari orang-orang yang menolong. Aamiin. (V374) 

Post Top Ad

TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI MEDIA KAMI, SEMOGA BERMANFAAT