![]() |
Foto : Warga SBB Soroti Kebijakan Bupati Bangun Jembatan Pulau Osi, Lupakan Penderitaan Rakyat Inamosol |
SBB, Globaltimurnn.com - Kebijakan Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Asri Arman, yang justru mengabaikan kebutuhan mendesak 10.000 penduduk asli Pulau Seram di Kecamatan Inamosol dengan infrastruktur jalan yang "sangat parah" untuk membangun jembatan di Pulau Osi, sebuah kampung kecil berpenduduk pendatang yang sudah memiliki infrastruktur memadai.
Kebijakan ini bukan hanya kontradiktif dengan prinsip keadilan sosial, tetapi juga mengindikasikan politik sektarian yang mengutamakan kelompok tertentu. Ungkap Warga Masyarakat Inamosol Gerak Wakano Kepada Media ini sebagai seruan kepada Mendagri untuk di evaluasi Kebijakan Bupati SBB
Menurut-nya" Data dari penelitian di Inamosol menunjukkan bahwa jalan di desa seperti Kawatu - Ramberu - Rambatu - Manusa, masih berupa tanah berlumpur, berbatu dan berlubang sangat parah sehingga mengganggu mobilitas warga dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Ungkapnya terang
Sementara itu, Pulau Osi yang hanya dihuni segelintir pendatang justru mendapat proyek jembatan senilai miliaran rupiah dengan dalih ekowisata mangrove. Papar-nya
Padahal, kondisi infrastruktur dasar Inamosol jauh lebih kritis:
- Jalan Trans Seram di Desa Lumoli mengalami longsor parah, menyempitkan badan jalan hingga 4,2 meter, tetapi penanganannya hanya menggunakan aspal bekas.
- Tidak ada perkerasan jalan di Desa Kowatu-Ramberu - Rambatu - Manusa, sementara analisis teknis telah membuktikan kebutuhan mendesak untuk lapisan aspal.
Pertanyaannya Mengapa Bupati memilih membangun jembatan untuk populasi kecil yang sudah terlayani, sementara ribuan warga asli berteriak di jalanan berlumpur? Tanya Wakano
Dikatakan-nya" Kebijakan ini memperlihatkan" asimetri kekuasaan" yang jelas, Penduduk asli Inamosol yang hidup dengan akses transportasi minim justru dipinggirkan!!sementara proyek di Pulau Osi (yang diklaim untuk ekowisata) lebih cocok disebut sebagai "proyek pencitraan".
Fakta bahwa penduduk Osi adalah pendatang menimbulkan kecurigaan "Apakah Bupati sengaja mengalokasikan anggaran untuk basis politiknya? Terang-nya
Pasal-nya" Kebijakan seperti ini memicu kesenjangan struktural, Studi di Ciawi (Bogor) membuktikan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur adalah kunci keadilan. Jelas Wakano
Namun, di Inamosol, partisipasi warga asli diabaikan. Padahal, mereka adalah pemilik sah tanah dan sumber daya yang justru terpinggirkan oleh proyek-proyek "favorit" pemangku kepentingan. Sebuat-nya
Kata Wakano" Bupati Asri Arman harus :
- Menghentikan proyek jembatan Osi hingga kebutuhan dasar Inamosol terpenuhi.
- Melibatkan masyarakat asli dalam perencanaan pembangunan, sebagaimana diatur dalam UU Desa .
- Membuka data alokasi anggaran untuk diverifikasi independen.
Pembangunan infrastruktur seharusnya mengutamakan keadilan, bukan kepentingan golongan.
Jika Bupati terus mengabaikan jeritan warga Inamosol, ini bukan hanya kegagalan kebijakan, melainkan pengkhianatan terhadap mandat rakyat penduduk asli pulau Seram. Pungkas-nya (***)