Foto : Nama Marthinus Hukom Tiba-Tiba Diseret, Polri Dituding Cari Kambing Hitam
Jakarta Globaltinurnn.com – Situasi panas usai gelombang demonstrasi besar di berbagai daerah Indonesia masih belum mereda. Tindakan aparat kepolisian yang dianggap represif hingga menimbulkan korban jiwa membuat citra Polri kian terpuruk di mata publik.
Di tengah derasnya kritik, publik justru dikejutkan oleh kemunculan narasi liar di media sosial. Nama mantan Kepala BNN RI, Marthinus Hukom, tiba-tiba diseret dan dituding sebagai dalang kerusuhan.
Sebuah akun TikTok bernama piysotikkzu mengunggah video berdurasi 58 detik dengan judul bombastis “Tidak Terima Diganti, Hukom Coba Kudeta Kapolri.”
Namun, tudingan itu justru berbalik menuai reaksi negatif. Sejumlah warganet menilai narasi tersebut hanyalah upaya mencari kambing hitam untuk mengalihkan isu utama krisis kepercayaan publik terhadap kepolisian.
“Ini murni perjuangan rakyat, jangan coba alihkan isu. Masyarakat sudah cerdas,” tulis akun Eylena Miagina.
“Jangan menggiring opini yang belum ada bukti,” tambah akun Teguh Wiyono.
Bahkan akun lain, Lawan Angin, melontarkan pertanyaan tajam “Ada apa Kapolri belum diganti-ganti? Apa ada pesanan Jokowi supaya Kapolri dipertahankan seumur hidup?”
Hukom “Saya ini Sendirian, Apa Mungkin Bisa Kudeta?”
Mengetahui namanya dikaitkan dengan kerusuhan, Marthinus Hukom tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Saya ini sendirian, tidak punya pasukan, tidak punya uang, tidak pernah merasa jadi orang penting. Tapi ternyata bisa ditakuti juga ya? Oleh orang yang punya uang,” ujarnya, separuh heran.
Hukom menegaskan, dirinya tak memiliki kekuatan politik maupun finansial untuk menggerakkan massa.
“Kemampuan menggerakkan massa itu kalau ada sumber daya keuangan dan jaringan. Saya tidak punya usaha bonafid untuk hasilkan uang, tidak ada pion politik. Sekarang saya hanya punya dua ajudan dan sopir pribadi. Apa mungkin mampu menggerakkan massa se-Indonesia?” katanya.
Di akhir pernyataannya, Hukom memilih menutup dengan santai.
“Stay easy bro, takhta surga tidak akan pernah runtuh, hati nurani tidak akan kalah.” (Zahra)