Geral Wakano : Lahan Subur Hati Seorang Polisi" Menumbuhkan Harapan di Atas Bumi Inamosol" - globaltimurnn.com
SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE GLOBAL TIMUR NUSANTARA NEWS.COM

News

Minggu, 19 Oktober 2025

Geral Wakano : Lahan Subur Hati Seorang Polisi" Menumbuhkan Harapan di Atas Bumi Inamosol"

Foto : Geral Wakano : Lahan Subur Hati Seorang Polisi" Menumbuhkan Harapan di Atas Bumi Inamosol"

SBB
, Globaltimurnn.com - Bagi banyak orang, seragam polisi adalah simbol penegak hukum, Tapi bagi Aipda. Abraham Wemay yang akrab di sapa Ampi, seragam itu adalah panggilan yang lebih dalam, menjadi penjaga, bukan hanya dari ketertiban, tetapi juga dari harapan. 


Di lereng-lereng curam Inamosol, di mana awan seringkali lebih dekat daripada pasar, ia bukan hanya seorang Aipda. Ia adalah seorang petani, seorang visioner, dan sumber inspirasi yang tak terduga. Ungkap Geral Wakano kepada Redaksi Globaltimurnn.com siang ini 


Kata Wakano" Jam kerjanya mungkin diatur oleh piket dan patroli, tetapi jiwa dan waktunya diatur oleh sebuah mimpi yang lebih hijau. Tutur Wakano


Pasalnya" Sementara yang lain mungkin menggunakan waktu luang untuk beristirahat, Ampi justru menyingsingkan lengan baju seragamnya yang telah usang, menggenggam cangkul, dan menyapa bumi. Tambah Wakano


Tanah pegunungan Inamosol yang tadinya dianggap tandus, di matanya adalah kanvas yang menunggu untuk diukir dengan warna kehidupan. Ujar Wakano


Ditambahkan-nya" Inisiatifnya sederhana namun revolusioner: memanfaatkan setiap jengkal lahan kosong di pekarangan rumah warga untuk menanam padi gogo, sebuah varietas padi unggul yang tahan kekeringan. 


Ia tidak datang dengan teori-teori rumit dari buku, tetapi dengan tangan yang terbuka dan sepatu boots yang penuh lumpur. 


Ia memulai dari lahannya sendiri, membuktikan bahwa dengan teknik yang tepat, benih itu bisa tumbuh, menghijau, dan akhirnya menguning, berisi bulir-bulir emas yang siap mengusir lapar.


Aksi seorang polisi yang menjadi petani ini dengan cepat menjadi sumber aspirasi yang hidup, Warga yang awalnya ragu, perlahan-lahan mendekat. 


Mereka melihat Ampi tidak hanya berceramah, tetapi berkeringat, Di bawah terik matahari atau dalam gerimis sore, ia berbagi teknik, membagikan bibit, dan yang terpenting, menularkan keyakinan. 


Waktu luangnya yang diisi dengan aktivitas membajak dan menanam itu menjadi ruang kelas tanpa dinding yang paling efektif, Setiap kali ia membungkuk untuk menanam benih, ia sebenarnya sedang menanamkan sebuah keyakinan baru bahwa kemandirian pangan bukanlah mimpi yang mustahil.


Wakano menambahkan juga“ Sebagai polisi, tugas saya adalah melindungi, Dan apa yang lebih perlu dilindungi daripada hak masyarakat untuk hidup sejahtera, bebas dari rasa khawatir akan sesuap nasi?” ujarnya suatu kali, menyirami bibit-bibit muda dengan air yang ia kumpulkan dari mata air pegunungan.


Dampaknya pun mulai terlihat, Lahan-lahan kosong yang sebelumnya ditumbuhi semak belukar, satu per satu berubah menjadi petak-petak hijau yang produktif. 


Padi gogo Inamosol tidak hanya tumbuh sebagai tanaman, tetapi sebagai simbol kebangkitan, Ia menjadi pangan lokal yang membanggakan, mengurangi ketergantungan pada beras dari luar yang harganya kerap tak terjangkau. 


Semangat gotong royong yang sempat memudar, kini hidup kembali, Warga tidak lagi hanya menunggu bantuan, tetapi mereka menjadi aktor utama dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.


Ampi Wemai telah membuktikan bahwa inspirasi terbesar seringkali datang dari aksi, bukan dari wacana, Ia mengajarkan bahwa pangan lokal bukan sekadar tentang apa yang kita tanam, tetapi tentang harga diri yang kita pupuk dan kemandirian yang kita panen. 


Di tangan seorang polisi yang visioner ini, cangkul dan seragam polisi bukanlah dua dunia yang bertolak belakang, melainkan dua alat yang sama-sama kuat untuk membangun keamanan dan kesejahteraan.


Kisahnya adalah pengingat yang kuat bahwa perubahan yang paling berkelanjutan tidak selalu dimulai dengan program pemerintah yang besar, tetapi seringkali dimulai dari hati seorang individu yang peduli, yang memilih untuk menggunakan waktu luangnya detik, menit, dan jam-jam berharganya untuk menjadi sumber air bagi benih-benih harapan di komunitasnya. 


Di Inamosol, harapan itu kini berwarna hijau, tumbuh subur di lahan yang dahulu gersang, disirami oleh ketekunan dan dipupuk oleh aspirasi tanpa pamrih dari seorang polisi yang juga petani hati. Tutup Wakano (V374) 

Post Top Ad

TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI MEDIA KAMI, SEMOGA BERMANFAAT