Foto : MIP Bukan Buah Simalakama Tetapi Gerbang Menuju Ekonomi Maluku
Ambon, Globaltimurnn.com - Membaca narasi yang mengibaratkan MIP (Maluku Integrated Port) sebagai "buah simalakama" adalah sebuah kemunduran berpikir. Ini adalah mentalitas yang memilih untuk tetap berada dalam zona nyaman ketertinggalan, ketimbang berani melangkah untuk meraih kedaulatan ekonomi. Maluku bukanlah daerah miskin. Maluku adalah daerah kaya raya yang selama ini terbelenggu oleh logika tukang jual bahan mentah.
Mari kita bedah dengan akal sehat:
Penulis seolah tutup mata terhadap fakta bahwa ratusan ton cengkeh, pala, kopra, damar, rotan, dan kemiri Maluku selama ini justru dikirim keluar untuk diolah oleh industri lain, yang nilainya berlipat ganda. Nilai triliunan rupiah dari hutan Seram Barat itu akan tetap menjadi potential value yang tak tergarap tanpa industrialisasi. Ungkap Geral Wakano kepada Globaltimurnn.com pagi ini via pesan whatsaapnya
Wakano mengatakan" MIP hadir untuk memutus mata rantai penjualan bahan mentah ini. Dengan hadirnya industri pengolahan, maka: Harga cengkeh dan pala tidak akan lagi ditentukan sepenuhnya oleh fluktuasi pasar luar, tetapi memiliki basis nilai tambah di dalam negeri sendiri. Potensi nilai 1 triliun dari damar itu akan berputar di Maluku, bukan menguap ke pusat atau luar negeri. MIP mengubah Maluku dari sekadar supplier menjadi player utama dalam pasar global.
Klaim bahwa nelayan tradisional akan tergusur adalah asumsi yang merendahkan. Justru sebaliknya, MIP akan menciptakan ekosistem industri kelautan yang terintegrasi. Bayangkanlah kebutuhan pabrik pengolahan ikan akan menciptakan pasar yang pasti dan berkelanjutan bagi hasil tangkapan nelayan. Nelayan tidak lagi hanya menjual ikan segar dengan harga murah, tetapi bisa terlibat dalam rantai pasok industri yang memberi nilai tambah (ikan fillet, kalengan, tepung ikan, dll). Akan bermunculan industri pendukung seperti cold storage, logistik, dan perbaikan kapal yang akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan efisiensi nelayan. Jelasnya
Wakano menambahkan" MIP bukan musuh nelayan, MIP adalah mitra strategis untuk menaikkan harkat hidup nelayan dari sekadar pencari ikan menjadi pelaku usaha kelautan modern.
Pembukaan Lapangan Kerja Baru. Dari Pengangguran Intelektual ke Tenaga Kerja Terampil. Kekhawatiran tentang tenaga kerja dari luar adalah wacana usang. Ini adalah proyek jangka panjang yang akan berjalan secara bertahap. Fase konstruksi saja sudah akan menyerap ribuan tenaga kerja lokal. Sebutnya
Pasalnya" Yang lebih penting, MIP akan menjadi mesin pencipta lapangan kerja baru yang beragam dan bernilai tinggi, seperti; Operator pabrik pengolahan, Ahli kontrol kualitas (quality control), Tenaga logistik dan supply chain, Teknisi mesin, Profesional di bidang pemasaran ekspor impor, dll.
Inilah jawaban atas masalah pengangguran terdidik. Daripada lulusan SMA dan Universitas di Maluku hanya menjadi pengangguran atau PNS, mereka akan memiliki pilihan karir di industri yang membanggakan di tanahnya sendiri. Ujar Wakano
Dengan adanya industri skala besar, uang akan berputar dengan cepat. Pekerja yang mendapat gaji akan membelanjakan uangnya di warung, pasar, dan pusat perbelanjaan lokal. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan tumbuh untuk menyediakan kebutuhan para pekerja dan industri ini. Peningkatan daya beli ini adalah stimulus terbaik bagi ekonomi rakyat kecil yang selama ini stagnan. Tutur Wakano
Menurutnya" Narasi pesimis terhadap MIP adalah buah dari cara pikir yang takut pada kemajuan. Mereka lebih memilih Maluku tetap "asri" dalam pengertian tertinggal, ketimbang menjadi "makmur" dengan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Wakano menambahkan" MIP bukanlah buah simalakama. Ia adalah sebuah pilihan logis dan berani. Pilihan untuk beralih dari status sebagai provinsi penyangga bahan baku menjadi provinsi pemain industri strategis nasional.
Waktunya sudah habis untuk berdebat dengan ketakutan. Saatnya kini untuk bekerja sama, menyiapkan SDM, dan memastikan bahwa putra-putri terbaik Maluku siap memegang kendali atas masa depannya yang gemilang. Masa depan di mana dolar yang dicetak dari cengkeh, pala, dan ikan Maluku, mengalir deras untuk kemakmuran rakyat Maluku sendiri. Tutup Wakano (V374)