Foto : Ketua Umum KONSPERAM Maluku Yasir Rumbou
Ambon, Globaltimurnn.com - Konflik yang terjadi di desa-desa Kabupaten Maluku Tengah, khususnya antara Desa Sawai dan Ruma Olat serta Desa Tial dan Tulehu, mencerminkan dinamika sosial yang kompleks di tengah masyarakat yang memiliki sejarah dan budaya kuat.
Ketegangan yang berulang ini membutuhkan pendekatan yang tidak hanya bersifat reaktif tetapi juga preventif dengan mempertimbangkan kearifan lokal, khususnya sistem Pela Gandong. Ungkap Yasir Rumbou Ketua Umum Konsperam Maluku kepada Wartawan sore kemarin
Pela Gandong adalah filosofi kehidupan yang telah lama menjadi perekat sosial di Maluku. Ucap Rumbou
Konsep ini mengajarkan bahwa desa-desa yang terikat dalam Pela adalah saudara, meskipun berbeda agama, suku, atau latar belakang.
Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Pela Gandong dan memadukannya dengan strategi intelijen, sosial, dan hukum kriminologi, kita dapat membangun solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Tutur Dia
Dari sudut pandang intelijen, konflik di desa-desa Maluku Tengah bukanlah kejadian yang muncul tanpa sebab, Ada faktor-faktor yang dapat dianalisis dan diantisipasi untuk mencegah eskalasi.
Beberapa langkah strategis yang perlu diterapkan yakni"
Pertama : Pemetaan Sosial dan Sejarah Konflik, artinya Menganalisis akar masalah di Desa Sawai dan Ruma Olat serta Desa Tial dan Tulehu untuk memahami pola ketegangan yang berulang dan Mengidentifikasi peran Pela Gandong dalam dinamika hubungan sosial antar desa.
Kedua : Sistem Peringatan Dini Berbasis Komunitas artinya Melibatkan para tetua adat, tokoh agama, dan pemuda sebagai jaringan intelijen sosial yang dapat mendeteksi tanda-tanda awal konflik serta Menggunakan teknologi untuk memantau penyebaran berita hoaks dan provokasi dimedia sosial yang sering menjadi pemicu bentrokan.
Ketiga : Peningkatan Kapasitas Intelijen Kultural, artinya Mengedukasi aparat keamanan tentang budaya Pela Gandong sehingga pendekatan yang digunakan lebih persuasif dan berbasis dialog dan Membangun komunikasi erat antara intelijen negara dan masyarakat adat guna meningkatkan efektivitas upaya pencegahan konflik.
Salah satu penyebab utama konflik berkepanjangan adalah melemahnya nilai Pela Gandong dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengembalikan harmoni sosial,langkah-langkah berikut perlu dilakukan adalah Melakukan Revitalisasi Pela Gandong sebagai Perekat Sosial, Membangun Jembatan Perdamaian Antar Desa, dan Memanfaatkan Seni dan Budaya sebagai Media Perdamaian.
Penyelesaian konflik harus tetap mengacu pada prinsip keadilan, Namun, dalam konteks budaya Maluku, pendekatan restoratif berbasis Pela Gandong dapat lebih efektif dibandingkan pendekatan represif yang hanya menimbulkan dendam baru.
Oleh karena itu, strategi hukum yang perlu diterapkan meliputi adalah :
1. Pendekatan Restoratif Berbasis Hukum Adat, Menerapkan mekanisme mediasi adat untuk menyelesaikan perselisihan sebelum masuk ke ranah hukum formal, dan Memadukan hukum negara dengan hukum adat agar penegakan hukum lebih relevan dengan kondisi sosial masyarakat setempat.
2. Menindak Tegas Pelaku Kekerasan dan Provokator, Hukum harus ditegakkan terhadap pihak-pihak yang terbukti menjadi provokator konflik, baik di lapangan maupun melalui media sosial, serta Aparatkeamanan harus memastikan bahwa penyelesaian hukum dilakukan secara adil, transparan, dan tidak berpihak.
3. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Aparat Hukum, Masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya menciptakan keamanan desa melalui program keamanan berbasis komunitas, serta Aparat keamanan harus lebih aktif dalam membangun hubungan sosial dengan masyarakat sehingga kehadiran mereka tidak hanya sebatas tindakan represif tetapi juga preventif.
Konflik di Desa Sawai, Ruma Olat, Tial, dan Tulehu bisa diselesaikan jika kita kembali kepada nilai-nilai dasar yang selama ini menjadi identitas Maluku, yakni Pela Gandong.
Dengan strategi yang menggabungkan pendekatan intelijen yang proaktif, strategi sosial berbasis budaya, dan hukum yang adil serta restoratif, kita dapat mewujudkan Maluku Tengah yang lebih harmonis dan damai.
Mari kita bersama-sama merawat Pela Gandong sebagai perekat sosial dan fondasi utama dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Maluku Tengah.
Karena hanya dengan bersatu, kita dapat merajut kembali persaudaraan yang sempat terkoyak oleh konflik. Tutup Yasir Rumbou (***)