Foto : UN Bukan Satu-satunya Penentu Kelulusan: Kaji Ulang Ujian Nasional
Dalam diskusi yang diadakan oleh Kompas TV pada sesi 'SAPA INDONESIA PAGI' yang bertema "Kaji Ulang Ujian Nasional: Apa Kata Pakar Pendidikan?", tiga narasumber terkemuka di bidang pendidikan memberikan pandangan tentang relevansi Ujian Nasional (UN) di Indonesia.
Ferdiansha, Anggota DPR RI Komisi X dari Fraksi Partai Golkar, menegaskan bahwa UN masih penting sebagai ukuran standar penilaian nasional. Ia mengungkapkan, “Ujian Nasional dapat memberikan kepastian nilai yang diakui oleh perguruan tinggi di luar negeri.” Ferdiansha menambahkan, saat ini banyak perguruan tinggi luar negeri yang bingung dengan standar nilai siswa yang tidak seragam.
Dalam diskusi tersebut, Ferdiansha juga mengoreksi penggunaan istilah "ujian" yang terdapat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, menyarankan agar istilah "evaluasi" yang lebih tepat digunakan.
“Evaluasi nasional harus diuji coba terlebih dahulu sebelum diterapkan agar tidak merugikan siswa dan orang tua,” ujarnya.
Prof. Unifah Rosyidi, Ketua PGRI Pusat, sependapat dengan Ferdiansha. Ia berpendapat bahwa UN dapat berfungsi untuk memotivasi siswa dan menetapkan standar nilai nasional. Namun, ia menekankan bahwa kelulusan seharusnya tetap ditentukan oleh satuan pendidikan.
“Kondisi saat ini memprihatinkan, banyak siswa kelas 12 yang tidak bisa membaca,” ungkapnya. Ia menekankan perlunya evaluasi yang baik dan bahwa PGRI siap untuk terlibat dalam pelaksanaan evaluasi tersebut.
Sementara itu, Martadi, pengamat pendidikan, mengusulkan agar dilakukan kajian yang komprehensif sebelum penerapan evaluasi nasional.
“Evaluasi tidak boleh menjadi satu-satunya penentu kelulusan. Kami perlu fokus pada pelajaran sains dan numerasi tanpa mengesampingkan minat dan bakat siswa di bidang lain,” katanya.
Ketiga narasumber sepakat bahwa pelaksanaan evaluasi nasional harus dikaji lebih mendalam dan diuji coba sebelum diimplementasikan. Mereka sepakat bahwa masalah literasi dan numerasi di kalangan siswa tidak hanya disebabkan oleh absennya UN, tetapi juga oleh perkembangan teknologi dan budaya pendidikan yang permisif.
Dalam pandangan pribadi penulis, isu-isu yang diangkat dalam diskusi ini mencerminkan tantangan kompleks dalam pendidikan di Indonesia, yang memerlukan perhatian bersama dari semua pihak agar dapat menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi masa depan anak-anak bangsa. **jep**